Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan cita-cita para ulama’ perintisnya yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan Al Quran dan Al Hadist, dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, Jamaah LDII diarahkan agar bisa tertib, khusuk, mutawari’ (hati-hati) dan sungguh-sungguh. Selalu menjauhi perbuatan syirik, bid’ah dan khurofat serta menghindari perbuatan dosa, pelanggaran, kemaksiatan, barang haram, riba dan lain sebagainya yang dilarang Agama.
Juga setiap jamaah disarankan memiliki suatu amalan andalan, yaitu amalan sunnah rutin yang dikerjakan tanpa terputus hingga wafatnya, seperti; ahli puasa sunnah, ahli shalat sunnah, ahli doa malam, ahli zikir, ahli shodakoh dan lain sebagainya. Ulama’ LDII juga telah mengeluarkan tuntunan amalan rutin yang dengan mudah bisa dikerjakan oleh setiap jamaah, diantaranya; membaca Al Quran sedikitnya 3 (tiga) ayat dalam sehari, membaca tahlil pagi 100X dan sore 100X, membaca doa Asmaulhusna dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan sosial jamaah LDII senantiasa didorong untuk taat, tunduk dan patuh kepada peraturan undang-undang dan pemerintah RI yang sah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam lingkungannya setiap jamaah LDII diharapkan bisa menjadi tauladan yang baik dengan berbudi pekerti yang baik, jujur, amanah, disiplin dan berprestasi serta tidak melanggar aturan dan norma masyarakat yang berlaku di lingkungannya.
Untuk menjaga kelestarian ilmu Hadist tersebut sebagai dasar agama Islam, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) secara berkala dan bergantian mengadakan pengajian khataman hadist besar (kutubus sitta) yang diadakan di beberapa pondok pesantren LDII di Indonesia.
Dalam mengajarkan ilmu Quran dan Hadist LDII menggunakan metode penterjemahan kata demi kata yang ditulis langsung di bawah setiap kata dalam kitab Al Quran dan Al Hadist. Keterangan /tafsir ayat demi ayat dan hadist demi hadist dituliskan langsung pada halaman kosong di samping ayat atau hadist yang bersangkutan.
Untuk mempermudah transfer ilmu dan pengamalannya, LDII juga mencetak hadist himpunan berdasarkan topik / bab pengamalan tertentu, seperti;
Untuk menjaga keshohihan ilmunya para ulama’, ustadz, mubaligh dan mubalighot LDII juga menggunakan ilmu alat seperti ilmu nahwu shorof, badi’, ma’ani, bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih, mustholahul-hadits, dan sebagainya serta didukung dengan berbagai kitab tafsir dan sarah seperti Ibnu Katsir, Muatho’, Jalalain dll.
Setiap bulan LDII mencetak antara 400 hingga 500 orang mubaligh dan mubalighot untuk ditugaskan mengajar Al Quran dan Al Hadist sekaligus membimbing Jamaah LDII di berbagai kelompok pengajian tingkat Pengurus Anak Cabang (PAC) yang ada hampir di setiap desa di Indonesia. Pengajian Al Quran dan Al Hadist di tingkat PAC ini biasanya diadakan 2 – 3 kali dalam seminggu
NIAT DAN TUJUAN
Dalam beribadah kepada Allah, mempelajari dan mengamalkan Agama Islam berdasarkan Al Quran dan Al Hadist para jamaah LDII senantiasa dinasehati agar didasari niat yang murni KARENA ALLAH yaitu mengharapkan balasan rahmat dan ridho Allah berupa SURGA dan takut akan murka dan siksa Allah berupa NERAKA. Berdasarkan Firman Alloh yang Maha Luhur dan sabda Rasulullah SAW:وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى * إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى * وَلَسَوْفَ يَرْضَى * سورة الليل أية ١٩-٢١
“Dan tidak ada bagi seseorang yang dibalas dengan kenikmatan Allah (Surga) di sisi Allah. Kecuali (amalannya) karena mencari wajah Allah Tuhannya yang Maha Mulya. Dan mereka akan senantiasa berbahagia”. (QS. Al Laili Ayat 19-21)
أُولَئِكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُوْنَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوْرًا * سورة الإسراء أية ٢٧
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti”. (QS. Al Isro’ Ayat 27)
أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ هِلَالٍ الْحِمْصِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حِمْيَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ عَنْ شَدَّادٍ أَبِيْ عَمَّارٍ عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَقُوْلُ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ اللهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ * رواه سنن النسائي الألباني حسن صحيح
“Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali amalan itu murni dan didasari niat mencari wajahNya (Allah)”. (HR. Sunnan An Nasa’i)
وَاتَّقُوْا النَّارَ الَّتِيْ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ * وَأَطِيْعُوْا اللهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ * وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ * سورة آل عمران أية ١٣١-١٣٣
"Takutlah kamu sekalian pada NERAKA yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul agar kamu sekalian diberi rahmat. Dan berlomba-lombalah pada pengampunan dari Tuhanmu dan SURGA yang luasnya langit hingga bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa". (QS. Ali Imrom Ayat 131-133)
Dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, Jamaah LDII diarahkan agar bisa tertib, khusuk, mutawari’ (hati-hati) dan sungguh-sungguh. Selalu menjauhi perbuatan syirik, bid’ah dan khurofat serta menghindari perbuatan dosa, pelanggaran, kemaksiatan, barang haram, riba dan lain sebagainya yang dilarang Agama.
Juga setiap jamaah disarankan memiliki suatu amalan andalan, yaitu amalan sunnah rutin yang dikerjakan tanpa terputus hingga wafatnya, seperti; ahli puasa sunnah, ahli shalat sunnah, ahli doa malam, ahli zikir, ahli shodakoh dan lain sebagainya. Ulama’ LDII juga telah mengeluarkan tuntunan amalan rutin yang dengan mudah bisa dikerjakan oleh setiap jamaah, diantaranya; membaca Al Quran sedikitnya 3 (tiga) ayat dalam sehari, membaca tahlil pagi 100X dan sore 100X, membaca doa Asmaulhusna dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan sosial jamaah LDII senantiasa didorong untuk taat, tunduk dan patuh kepada peraturan undang-undang dan pemerintah RI yang sah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam lingkungannya setiap jamaah LDII diharapkan bisa menjadi tauladan yang baik dengan berbudi pekerti yang baik, jujur, amanah, disiplin dan berprestasi serta tidak melanggar aturan dan norma masyarakat yang berlaku di lingkungannya.
KITAB PEDOMAN DAN METODE PENGAJARAN
Kitab pedoman yang dikaji dan diamalkan dalam LDII adalah Kitabillah (Al Quran) dan Sunah Nabi (Al Hadist). Hadist yang dikaji adalah Kutubusittah yang terdiri dari:- Hadist Shohih Bukhori
- Hadist Shohih Muslim
- Hadist Sunan Abi Dawud
- Hadist Sunan Tirmidzi
- Hadist Sunan Nasa’i dan
- Hadist Sunan Ibnu Majah
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلَا تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ * سورة الأنعام أية ١٥٣
“Dan sesungguhnya ini (Al Quran) adalah jalanKu yang benar maka ikutilah, dan janganlah mengikuti beberapa jalan, maka kalian semua akan tersesat jauh dari jalan Allah”. (QS. Al An’am Ayat 153)
وَحَدَّثَنِيْ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ * رواه مالك في المؤطأ
“Sesungguhnya Nabi bersabda: Aku (Nabi) telah meninggalkan kepada kamu sekalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat (pasti benarnya) selagi berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabillah (Al Quran) dan Sunah Nabi (Al Hadist)”. (HR. Malik Fi Muathok)
Untuk menjaga kelestarian ilmu Hadist tersebut sebagai dasar agama Islam, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) secara berkala dan bergantian mengadakan pengajian khataman hadist besar (kutubus sitta) yang diadakan di beberapa pondok pesantren LDII di Indonesia.
Dalam mengajarkan ilmu Quran dan Hadist LDII menggunakan metode penterjemahan kata demi kata yang ditulis langsung di bawah setiap kata dalam kitab Al Quran dan Al Hadist. Keterangan /tafsir ayat demi ayat dan hadist demi hadist dituliskan langsung pada halaman kosong di samping ayat atau hadist yang bersangkutan.
Untuk mempermudah transfer ilmu dan pengamalannya, LDII juga mencetak hadist himpunan berdasarkan topik / bab pengamalan tertentu, seperti;
- Kitabusholah (Kitab kumpulan hadist bab tata cara sholat)
- Kitabu Da'wat (Kitab kumpulan hadist tentang macam-macam doa Islam)
- Kitabushiam (Kitab kumpulan hadist bab puasa)
- Kitabu Jannah Wannar (Kitab kumpulan hadist tentang surga dan neraka)
- Kitabul Adab (Kitab kumpulan hadist tentang budi pekerti)
- Kitabu Manasikil Haji (Kitab kumpulan hadist tentang tatacara pelaksanaan ibadah haji). Dan lain-lain
Untuk menjaga keshohihan ilmunya para ulama’, ustadz, mubaligh dan mubalighot LDII juga menggunakan ilmu alat seperti ilmu nahwu shorof, badi’, ma’ani, bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih, mustholahul-hadits, dan sebagainya serta didukung dengan berbagai kitab tafsir dan sarah seperti Ibnu Katsir, Muatho’, Jalalain dll.
Setiap bulan LDII mencetak antara 400 hingga 500 orang mubaligh dan mubalighot untuk ditugaskan mengajar Al Quran dan Al Hadist sekaligus membimbing Jamaah LDII di berbagai kelompok pengajian tingkat Pengurus Anak Cabang (PAC) yang ada hampir di setiap desa di Indonesia. Pengajian Al Quran dan Al Hadist di tingkat PAC ini biasanya diadakan 2 – 3 kali dalam seminggu